Rabu, 17 Maret 2010

berani gak, bilang...

selama ini, banyak banget kelakuan temen-temen kita, saudara atau bahkan orang yang gak kita kenal, terkesan menyebalkan.
menyebalkan disini, maksudku adalah gak sesuai dengan slogan-slogan "Peduli Lingkungan" yang sering banget kita dengar dan ucapkan.
bahkan gak jarang, orang yang mengajak kita untuk mem-pedulikan Lingkungan justru kurang peduli. istilahnya mereka cuma "Talk More, Do Less."
contohnya gini, ada himbauan tentang minimalin penggunaan plastik di supermarket atau hypermarket. sampai-sampai pihak modern market itu menyediakan, tepatnya menjual, tas belanja yang ramah lingkungan aliasnya tas belanja kain yang ada merk modern market itu.
harapannya sih, kita yang belanja di sana bisa pake tas itu lagi kalau belanja disitu. tapi apakah itu efektif? mengingat mayoritas orang yang belanja di tempat modern market adalah orang yang belanja pake kartu gesek. golongan mereka ini kan bakal bilang, "ooo ada tas belanja ramah lingkungan ya? boleh juga tuh biar ngikutin tren."
memang mereka beli tas itu, karena mereka punya duwit lebih buat beli. tapi apakah harapan dari pengelola modern market itu terpenuhui? yaitu penggunaan kembali tas itu untuk mengantongi belanja ketika mereka berbelanja lagi.
nggak. meskipun adanya kantong belanja kain ini memang efektif untuk mengurangi penggunaan plastik tapi nyatanya konsumen yang membeli kantong belanja dengan embel-embel peduli lingkungan, ogah membawa kantong belanja itu kembali.
mungkin harusnya kita positive thinking aja, tas itu jebol jadi gak bisa dipakai lagi. tapi apakah pihak pengelola modern market gak memperhitungkan kekuatan tas itu?
mungkin pribadi kita yang bisa membatin saja.
terlepas dari pengadaan kantong belanja ramah lingkungan itu, agaknya juga mengherankan kalau pihak kasir modern market tidak menerapkan gerakan minimal plastic.
lihat saja kalau kita berbelanja di modern market, pengantongan barang belanjaan sedikit-sedikit pasti menggunakan plastik.
pengalaman pribadiku yang boleh jadi juga tidak memperhatikan kepedulian lingkungan.
ketika itu aku dan teman-temanku berbelanja di salah satu modern market. waktu itu kami berbelanja minuman, kue dan sabun pencuci piring. dari pihak kasir, minuman dan kue dijadikan satu tempat di kantong belanja plastik yang besar, kupikir bakal dijadikan satu dengan sabun cuci piring. nyatanya nggak, sabun pencuci piring dipisahkan dan dikantongi sendiri dengan kantong belanja plastik yang besar pula.
pertanyaannya, berani gak aku saat itu untuk bilang, "belanjaannya dijadikan satu saja mbak."?
nyatanya aku diam dan beranjak pergi. mana peduli-ku terhadap lingkungan? nyesel banget menenteng kantong belanja plastik besar dengan hanya satu barang didalamnya. sungguh gak proporsional.
sebenarnya dalam batinku udah berontak dengan keadan ini. pengennya sih, kalau memang mau dipisahin, karena takut cairan sabun cuci piring tumpah dan mengenai kue plus minuman, bisa kan pakai kantong belanja plastik yang ukurannya agak kecil.
perasaan bersalah ini akhirnya berusaha kutebus ketika berbelanja di minimarket dekat kosku. kalau aku belanja barang sedikit dan mampu membawa-nya tanpa kantong belanjaan plastik maka aku gak akan mau barang belanjaanku dikantongi dengan kantong plastik.
mulai sekarang, aku mulai memberanikan untuk bilang, "gak usah dikantongi ama tas plastik." dimanapun aku berada, selama penggunaan kantong belanjaan itu gak dianggap efektif. berharap sih jika dimulai dari diri sendiri akan muncul keberanian-keberanian dari orang lain untuk mengambil tindakan mengurangi penggunaan plastik.
jadi inget ama ibuku dulu ketika belanja di pasar tradisional. beliau selalu membawa tas belanjaan sendiri, hal yang tak kusukai karena tidak praktis. bayangkan saja, berangkat belanja aja sudah membawa kantong belanja kosong. ribet memang tapi setelah kutahu makna-nya, yaitu untuk mengurangi penggunaan plastik, aku malah mendukung tindakan ibuku yang sampai sekarang tetap membawa kantong belanjaan sendiri.
bahkan untuk mengurangi adanya sampah plastik, ibu sudah memulai memisahkan sampah plastik dan non plastik sebelum adanya himbauan tentang pemisahan sampah.
sampah plastik dikumpulkan dan kemudian dijual pada orang penerima barang-barang plastik, istilahnya rombeng.
pertanyaan selanjutnya, berani gak kita untuk bilang sama teman atau saudara kita, "pisahin sampah plastik di tempat ini dan sampah basah di tempat itu."?
terus, omong-omong tentang sampah, ada pula yang menggelitik memory-ku. ketika itu aku lagi naik angkutan umum di surabaya.
nah, ada orang yang makan buah rambutan terus kulit buah-nya dibuang begitu saja keluar angkutan aliasnya dibuang ke jalan.
rasanya mata ini udah mulai panas ama kelakuan orang itu, Hellooo!!!itu sampah mending dibuang ke kantong plastik tempat rambutan dong.
apakah aku ngomong terus terang ke orang itu?
nggak, itu cuma dalam batinku saja, cuma dalam imajiku saja.
akhirnya satu kalimat tanya yang biasa aku terapkan, "berani gak bilang sesuatu ke orang lain untuk buang sampah di tempat yang seharusnya?", gak sukses aku terapkan.
aku cuman ngelihat tanpa melakukan suatu aksi.
jadi apa yang bisa didapatkan dari tulisan ini?
kata-kata untuk menanyakan keberanian, "berani gak bilang..." ternyata cuma ada dalam batinku saja.
gak usah menanyakan itu pada orang lain, tanyakanlah pada diri kita pribadi bahkan aku sendiri kalimat tanya tersebut.
berani gak kita bilang untuk mengatakan, "berani gak bilang untuk...?", resapi dalam hati dan semoga kita bisa berani untuk memulai menanyakan kalimat tanya itu pada diri kita sendiri. bukan pada orang lain. sesuatu yang dimulai dari diri kita mungkin akan bisa diterapkan pada orang lain, nantinya.
dengan kata lain, benerin dulu apa yang ada dalam diri kita baru membenarkan diri orang lain.
jangan lupa untuk selalu menanyakan, "berani gak bilang..." pada diri sendiri jika kita ingin merubah sesuatu yang gak sesuai dengan keadaan seharusnya, misalnya kepedulian kita pada lingkungan.
jangan pernah segan untuk selalu mencoba menanyakan kalimat tanya itu dimulai sekarang.
jadi, berani gak bilang, "berani gak bilang..." pada diri kita sendiri sekarang?

*sebuah catatan pribadi penulis dengan mengamati keadaan sekitar yang memang terjadi, tanpa adanya penggalian informasi dari pihak terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar