Rabu, 20 Oktober 2010

akhirnya resmi juga




20 oktober 2010, pukul 8am, aku dah dinyatakan lulus.
udah yudisium sarjana, meskipun belum wisuda universitas.
seenggaknya udah resmi nambah nama di belakang.
seneeeenngggg.
meskipun September Run..Run..Run..ga jadi terlaksana dengan lancar tapi tetep bersyukur udah jadi sarjana.
Thank's my Allah. terima kasih untuk waktu 5 tahun 2 bulan ini.

untuk tahun2 cemerlang, sedih, bahagia dan tawa.
tak kan terlupa.
semangat menatap masa depan yang lebih baik lagi.
amiiinnn.
(lagu Kita untuk Selamanya Bondan berdendang, buat kita bersepuluh ChoY!!)


Selengkapnya....

Jumat, 15 Oktober 2010

Independensi yang Kebablasan

Independen merupakan suatu keadaan dimana suatu lembaga atau perorangan yang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dan berdiri sendiri tanpa bisa diganggu oleh pihak lain. Suatu lembaga pergerakan dapat mengajukan dirinya menjadi pribadi yang independen. Ke-independen-an itu mungkinkah akan menyebabkan suatu kepongahan yang akan merugikan sesamanya? Itu pasti. Independen yang seperti itu disebut suatu independensi yang kebablasan. Suatu independensi yang melupakan kedudukan dan tanggung jawab mereka. Membuat mereka menjadi suatu pribadi yang sok mempunyai kedudukan sendiri yang istimewa. Lalu parahnya, mereka tak bisa ditundukkan karena pada dasarnya lembaga yang mempunyai independensi memang tidak mau tunduk terhadap aturan.
Suatu lembaga independen diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri lalu kenapa menjadi suatu lembaga yang memisahkan diri dan tidak mau tunduk. Agaknya mereka yang berindependen kebablasan membentuk suatu lembaga independen karena mereka sendiri tidak mau disetir, mereka menganggap dirinya superior dan yang lainnya remeh di mata mereka, sok bisa kompak dalam diri mereka. Kalau toh mereka selalu meresahkan golongan lain yang masih dalam satu payung hukum, kenapa mereka tidak mencoba memisahkan diri dan membentuk suatu lembaga sendiri? Mungkin itu jawaban yang simple tapi sebenarnya hal yang seperti ini tidak bisa diselesaikan dengan pemisahan diri begitu saja. Ada banyak aspek yang harus dipenuhi apabila ingin melakukan pemisahan.
Latar ego dan idealisme yang terlalu kuat-lah yang menyebabkan mereka-mereka itu tidak mau bersatu dan malah membentuk suatu lembaga independen yang tidak mau tunduk (baca: independen kebablasan). Ego yang tinggi dan idealisme yang tidak sejalan menyebabkan mereka menjadi sok dalam segala hal. Pengkondisian ego dan idealisme merupakan jalan tengah yang dapat ditempuh saat ini. Dengan menomor-duakan ego dan idealisme, semua masalah ketidaksukaan terhadap penguasa dapat dibicarakan baik-baik. Pergerakan independen dengan cara yang vokal dan dengan cara yang sedikit pintar bukan dengan pressing fisik dan mental merupakan cara yang beradab.
(tulisan yang dibuat berdasarkan pengamatan di lapang sewaktu masa orientasi)
*merupakan opini pribadi penulis*

Selengkapnya....

Minggu, 03 Oktober 2010

Don't Judge the Book from the Cover

"Heh?? loh kok dia gitu?", itu yang terucap pertama kali dalam batinku. Masa iya sih itu dia? astaghfirullah, bukannya mau pikirin macem-macem tapi nyatanya emang dia bertingkah seperti itu. Jauuhhh banget dari sosok dia yang...aduh gimana ya ngomongnya? pokoknya dia serba great dalam ber-akhlak tapi kok aku bisa tahu kelakuannya yang agak nyeleneh. Uppzz, lagi-lagi aku jadi mikir macem2 tentang apa yang aku lihat pagi ini.
Dia itu sosok orang yang aku kira bisa jadi panutan menjadi perempuan yang lebih baik dalam bertingkah dan memang aku memuji dia dalam hati, meskipun ada beberapa kelakuannya yang agak aneh tapi itu semua gak buatku sampe heran kayak sekarang. Wealah, dia kok bisa ya jadi seperti gini? Sedikit Il-Feel jadi-nya. Jadi inget kata2 seorang temen, "Don't judge the book from the cover", emang iya sih orang yang keliatan perfect kadang punya sesuatu yang gak banget untuk ukuran orang perfect.
Seperti kejadian beberapa bulan lalu, waktu aku pulang ke Surabaya dari jalan2. Saat itu aku pulang agak malem sih,,,sekitar pukul 8pm, naek angkot pula. Nah, saat itu ada pemuda yang umurnya sekitar dua tahun dibawahku duduk di deket pintu. Dandanannya berandal abis, agak ngeri ama anak itu soalnya aku kan naek sendiri alias gak ada temen yang dikenal. Nyampe di deket rumah, eh penumpang udah tinggal aku, pemuda itu dan dua orang ibu plus satu bapak. Aduuhh,, aku bener2 takut mana jalan udah sepi. Dan angkot-pun berhenti, berandalan turun diikuti ama satu orang ibu yang udah sepuh. Fffiuuh, syukurlah dia udah turun. Dan kejadian yang mencengangkan adalah,,,si berandal mau membantu ibu yang udah sepuh ini turun dan membayarkan uang angkot, belum lagi bantuin si ibu buat nyebrang jalan. Weeww, menyesal banget mikirin yang nggak2. Hatinya ternyata gak sekasar bunyi rantai yang nyantol di saku belakangnya. Terkesima dan gak sadar berucap, "kapan lagi aku ketemu kamu ya dek?", eh tapi bukan karena aku suka berondong terus pengen ketemu dia lagi, serius bukan itu. Tapi aku cuma apa yaa?? kagum kali ya??!!
Tuh kan, emang jangan pernah melihat dari bungkusnya doang. Yang bungkus baik belum tentu dalamnya juga baik dan yang bungkusnya jelek belum tentu dalamnya ikut jelek. Itu-lah opini aku setelah melihat kejadian mencengangkan pagi ini. Semoga aku gak termasuk buka kesalahan orang.

Selengkapnya....