Rabu, 16 Juni 2010

Cerita Semalam itu tentang Cintapuccino


Pernah baca novel Cintapuccino kan? cerita tentang Nimo, Ami dan Raka. Nimo, seorang yang kita inginkan , seorang yang ideal dan serba sempurna di mata kita tapi dia tak bisa kita dapatkan saat itu juga. Semua orang pasti punya Nimo, termasuk aku. Tapi ini bukan tentang Nimo-ku tapi tentang Nimo temanku. Nimo selalu datang dengan tiba-tiba dan menghancurkan apa yang sudah kita rencanakan tanpa dia. Ini kisah temanku yang aku ga ngerti kenapa aku bisa terseret ke dalamnya, aku cuma jadi orang luar yang tiba-tiba tahu semuanya. Aku bingung dengan apa yang harus aku lakukan. Aku hanya diam dan melihat di pinggir lapangan tanpa ada keinginan untuk bermain ditengah lapangan. Bukan karena aku pengecut tapi aku hanya menjaga diri bahwa aku hanya orang luar yang harusnya gak ngerti ini-itu. Tapi keadaan yang mengharuskan aku mengerti semuanya. Salahkah sikapku? Mungkin aku hanya-lah Alin, yang jadi tokoh penggembira, yang menjadi nge-link'in tokoh-tokoh utama Cintapuccino. Tapi jadi Alin juga ga gampang. Ketika semua tokoh berharap biar mendapat dukungan dari Alin tapi mereka ga sadar kalau Alin juga punya keterbatasan dalam menyimpan semua rahasia dan ga mudah mendukung sesuatu yang nampak benar di luar tapi salah di dalam.
Aku apatis, tapi masa iya aku segitu-nya??? ga akh, cuma ga mau ambil resiko milih kucing dalam karung. Aku kenal dekat dengan Ami dan ngerti siapa Raka, juga baru tahu Nimo itu siapa. Awalnya ini sikap dari Raka yang otoriter dan Ami merasa ingin berontak. Ami sudah tahu dan yakin dengan sikap Raka, Ami bisa ngerti sikap otoriter itu tapi kenapa tiba-tiba dia berubah haluan? Manakah komitmen awal yang sudah mereka yakini. Masalah makin rumit ketika Nimo datang dengan tawaran cinta dan kebebasan yang menggiurkan. Ami makin bingung dan menanggapi Nimo. ami cerita dan mulai memperkenalkan ke aku, si Alin. Ketika itu, aku udah mulai menasehati-nya tapi dia cuma bilang kalau bingung menentukan sikap. Aku mulai merasakan perubahan sikap Ami yang mulai membuka sosialisasi-nya serta sedikit berontak pada Raka, dan jujur aku menyukai sikap itu. Tapi masalah makin pelik ketika Raka menghubungiku dan menanyakan perubahan sikap Ami. Dia juga bilang kalau hubungan mereka memburuk. Aku yang ngerti inti permasalahan ini, meskipun entah itu benar atau tidak, mulai ikut bingung. Aku harus bagaimana? Ikut dalam permainan mereka karena Ami atau hanya melihat aja? Alin menyimpan rahasia Ami dan Raka dan gak ingin semuanya kecewa terlebih Ami. Tapi ini akan menyakitkan Raka. Hhhh, ini semua gara-gara Nimo sialan tapi apa salahnya dengan kejujuran hati? Ga ada yang salah cy, cuman maslah waktu. Kenapa Nimo mesti datang disaat Raka dan Ami akan meneruskan komitmen mereka? Dengan cara yang tidak fair, pula. Nimo ngerti kalau Raka-Ami akan nikah tapi dia nekat ngomong ke ami tentang perasaannya. Tapi ini juga salah Ami yang membuka hati buat Nimo padahal disitu udah jelas ada Raka. raka juga bisa disalahin gara-gara sikap otoriter berlebih-nya. Dan alin ga mau ikut salah dengan membela siapa.
Saran temen-temenku, biar mereka bertiga aja yang menyelesaikan gimana. Aku cuman bisa jadi mediator tanpa merasa ikut kedalamnya karena mereka bertiga juga punya salah masing-masing. Mungkin ini suatu cobaan Raka-Ami. Atau mungkin suatu jawaban dari-Nya, bahwa Ami ditakdirkan dengan Nimo bukan dengan Raka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar